Dollar menguat versus mata uang rival pada perdagangan Selasa (15/7) usai pernyataan Ketua The Fed Janet Yellen.
Berbicara dalam testimoninya di depan Komite Perbankan Senat, Yellen
mengindikasikan bank sentral bisa mempercepat rencana kenaikan suku
bunga jika pasar kerja terus membaik lebih cepat dari yang diharapkan.
Namun, apresiasi dollar masih sangat rapuh. Yellen juga menambahkan
bahwa pemulihan ekonomi belum selesai dan masih membutuhkan kebijakan
moneter longgar sebagai penopang.
Menurut Yellen, masih banyak ketidakpastian yang membayangi proyeksi
ekonomi. Pertumbuhan pasar perumahan dinilainya masih mengecewakan,
pasar kerja terbilang lemah, sementara inflasi juga masih jauh lebih
rendah dari target bank sentral.
Yellen menegaskan kembali bahwa suku bunga akan dipertahankan untuk
beberapa waktu setelah berakhirnya program quantitative easing The Fed.
Meski demikian, para pelaku pasar mengabaikan pernyataan-pernyataan
bernada dovish tersebut karena Yellen juga mengutarakan penilaiannya
tentang terlalu tingginya saham-saham perusahaan biotek dan small-cap.
Dollar sendiri juga mendapatkan support dari data ekonomi AS semalam yang menunjukkan angka aktual bervariasi.
Aktivitas manufaktur di wilayah New York dilaporkan meningkat secara
signifikan untuk bulan ketiga berturut-turut, dengan indeks manufaktur
Empire State naik menjadi 25,6 pada bulan Juli, tertinggi dalam lebih
dari empat tahun.
Selain itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan penjualan ritel dan
layanan makanan AS naik 0,2 persen pada bulan Juni, lebih rendah dari
ekspektasi.
Sementara persediaan bisnis AS, komponen penting dari perubahan produk
domestik bruto (GDP), naik 0,5 persen pada bulan Mei. Meski lebih rendah
dari ekspektasi, peningkatan angka data juga direspon positif.
Versus euro, dollar ditutup menguat 0,37 persen di kisaran 1.3567.
Tekanan bagi euro datang dari data indeks sentimen ekonomi Jerman dari
hasil survai ZEW yang turun menjadi 27,1 di bulan Juli dari 29,8 pada
bulan sebelumnya.
Mengekor euro, franc Swiss ditutup melemah 0,4 persen lebih di kisaran 0.8955 per dollar.
Terhadap yen, dollar juga berhasil membukukan gain dengan ditutup di 101.67, naik 0,15 persen dari posisi pembukaan.
Sedangkan dollar Australia terkoreksi 0,24 persen diperdagangkan di
kisaran 0.9369 terhadap dollar pada akhir perdagangan Selasa.
Gain signifikan dibukukan dollar versus emas. Indikasi bisa
dipercepatnya rencana kenaikan suku bunga The Fed mengikis demand
terhadap logam mulia.
Harga emas dunia terpantau anjlok hingga $1292.00 per troy ounce,
terendah dalam hampir satu bulan. Ditutup di kisaran $1293.80 per troy
ounce pada akhir perdagangan Selasa, emas terhitung melemah satu persen
lebih dari level pembukaan.
Sebaliknya, pound sterling berhasil mempertahankan gain-nya dan ditutup
menguat 0,35 persen di 1.7142 terhadap dollar. Pound sebelumnya menguat
hingga 1.7191, level tertinggi baru sejak Oktober 2008.
Penguatan pound dipicu oleh akselerasi inflasi Inggris melebihi
prakiraan yang menguatkan ekspektasi bahwa Bank Sentral Inggris (BoE)
akan menaikkan suku bunganya lebih dulu dari negara maju lainnya.
Inflasi harga konsumen (CPI) Inggris meningkat sebesar 1,9 persen di
bulan Juni dari 1,5 persen pada bulan Mei. Para analis dan ekonom
sebelumnya memrediksikan peningkatan hanya sekitar 1,6 persen. BoE
sendiri menargetkan inflasi di level 2 persen.
Ditambah dengan data lainnya yang menunjukkan meningkatnya indeks harga
rumah Inggris di bulan Mei, seruan untuk menaikkan suku bunga pun
semakin santer.
Yellen akan kembali menjadi pusat perhatian hari ini. Pukul 21.00 WIB
nanti Malam Yellen akan menyampaikan testimoninya di depan Komite Jasa
Keuangan.
Sebelum itu, AS juga dijadwalkan akan merilis data inflasi harga
produsen (PPI) yang diprediksikan meningkat 0,2 persen di bulan Juni.
(atz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar