
Kementerian Keuangan Jepang melaporkan, surplus perdagangan mencapai 522.8 miliar yen, lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi Bloomberg yakni surplus 417.5 miliar yen. Meningkatnya investasi luar negeri membantu negara ini menutup defisit perdagangannya. Impor Jepang juga mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam 19 bulan akibat menurunnya pengeluaran masyarakat pasca kenaikan pajak bulan April lalu.
Sementara itu, ekspor negara ini masih lamban. Artinya, upaya untuk mendorong produksi perusahaan-perusahaan manufaktur Jepang tidak bisa mengandalkan sisi ekspor saja. Apalagi, menurunnya pengeluaran masyarakat juga bisa berimbas pada konsumsi domestik. Hal ini berarti, PM Shinzo Abe masih memiliki pekerjaan rumah untuk menyelesaikan berbagai masalah di negara ekonomi terbesar ketiga dunia ini, termasuk turunnya pengeluaran masyarakat yang timbul sebagai konsekuensi kenaikan pajak.
Selain laporan surplus neraca berjalan, Jepang juga melaporkan bahwa pinjaman bank untuk bulan Juni meningkat 2.5%, lebih tinggi daripada ekspektasi, yakni 2.2%.
Merespon berbagai laporan tersebut, Yen menguat di sesi perdagangan Asia Selasa (08/07) pagi hari ini. USD/JPY diperdagangkan pada 101.76 atau melorot 0.11%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar