Belajar Trading Forex - Yen sering menjadi sorotan pada awal tahun
1970 dengan transaksi perdagangan yang luar biasa selama hampir 40 tahun, dimulai
dari 1971 ketika berada di kisaran 75,35 hingga sekarang. Sejarah keuangan yang
terjadi pada mata uang Yen dimulai ketika gelembung aset besar-besaran, carry
trade, hingga Abenomics. Mari kita sejenak meluangkan waktu untuk belajar
mengapa Yen bisa menjadi primadona dalam perdagangan atau trading forex.
Menurut Bank for International Settlement, pada
tahun 2013 omset forex untuk perdagangan mata uang Yen terlihat paling
meningkat di antara mata uang utama lainnya selama tiga tahun ke belakang, dengan
melonjak sebanyak 63%. Transaksi USD/JPY melonjak sebanyak 72,5% menjadi $978,000,000,000
(sembilan ratus tujuh puluh delapan milyar dollar) per hari. Jumlah nol yang
cukup banyak!
Di bawah sistem Bretton Woods, Yen pernah dipatok
di level 360 terhadap dolar dari tahun 1949 sampai tahun 1971. Ketika Amerika
Serikat meninggalkan standar emas dalam menanggapi arus keluar uang pada kepemilikan
emas secara besar-besaran yang telah mendorong defisit perdagangan. Untuk memperbaiki
defisit perdagangan, AS telah mendevaluasi dolar terhadap yen pada tahun 1971, dan
memperbaikinya pada kisaran 308 per dolar.
Pada tahun 1973, sebagian besar mata uang
utama dunia, termasuk Yen, menggunakan kurs mengambang. Ekonomi Jepang berhasil
menahan huru-hara ekonomi dari tahun 1970-an, yang ditandai ketika naiknya harga
minyak dan inflasi yang meningkat.
Pada pertengahan 1980-an, Jepang lagi-lagi mendapatkan
surplus neraca besar. Pada tahun 1985, defisit neraca transaksi berjalan AS
mendekati 3% dari GDP, negara-negara G5 (Amerika Serikat, Perancis , Jerman
Barat, Jepang, dan Inggris) setuju untuk mendepresiasi nilai US dolar terhadap Yen
dan deutsche mark, untuk memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan yang sedang
berkembang.
Perjanjian ini menyebabkan Yen dihargai sekitar
250 terhadap dolar pada awal 1985, dan akhirnya di bawah 160 dalam waktu kurang
dua tahun. Beberapa ahli percaya bahwa lonjakan penguatan nilai mata uang Yen
adalah akar penyebab gelembung aset.
Gelembung
Aset di Jepang
Hampir 50% mata uang Yen terapresiasi yang membawa
korban pada perekonomian Jepang dengan jatuh ke dalam resesi pada tahun 1986.
Dalam rangka untuk melawan penguatan Yen dan menghidupkan kembali perekonomian,
pemerintah Jepang memperkenalkan langkah-langkah stimulus yang cukup besar,
termasuk mengurangi suku bunga acuan sekitar 3 poin persen. Kebijakan moneter
yang akomodatif ini tetap dibiarkan hingga 1989.
Langkah-langkah stimulus ini menyebabkan
gelembung aset yang benar-benar menakjubkan, di mana harga saham dan harga
tanah di perkotaan naik tiga kali lipat pada tahun 1985-1989. Anekdot yang
sering terdengar ketika gelembung real estate ketika puncaknya tahun 1990, dimana
nilai Imperial Palace grounds di Tokyo hanya melampaui harga semua real estate
di California. Amazing!
Yen
Carry Trade
Dalam rangka untuk menghidupkan ekonomi dan
memerangi deflasi yang terjadi, Bank of Japan mengadopsi kebijakan suku bunga
nol sejak tahun 1990. Hal ini membuat mata uang Yen ideal untuk ditransaksikan
dengan strategi carry trade, yang pada dasarnya melibatkan dengan meminjam uang
yang berbunga rendah dan mengkonversi ke dalam mata uang berimbal hasil lebih
tinggi. Selama nilai tukar masih cukup stabil, trader bisa mengantongi diferensial
bunga antara dua mata uang.
Pada tahun 2007, volatilitas pada transaksi
option Yen dengan tenor satu bulan berada di level terendah 15 tahun, dan membuat
mata uang Jepang terdepresiasi terhadap dolar, transaksi carry trade dengan Yen
sebagai mata uang pendana telah mencapai sekitar $ 1 triliun dan akhirnya terurai
karena krisis kredit mulai memukul pasar keuangan global pada paruh kedua tahun
2007.
Yen melonjak sebesar 20% terhadap dolar
pada tahun 2008, ketika krisis kredit memuncak. Carry trade yang populer
sebelum krisis meletus dengan keterlibatan Yen sebagai mata uang pinjaman untuk
diinvestasikan pada deposito dolar Australia, yang menghasilkan tingkat bunga
yang lebih tinggi.
Ketika krisis memburuk dan kredit mengering,
terjadi penyerbuan untuk menutup posisi transaksi ini dan mengakibatkan dolar
Australia jatuh sebesar 47% terhadap Yen dalam periode satu tahun yang dimulai
Oktober 2007. Spekulator yang meminjam ¥ 100.000.000 dan mengkonversi ke AUD
pada bulan Oktober 2007 (pada kurs sekitar 107.50) dan ditempatkan resultan ke deposit
AUD yang berimbal hasil lebih tinggi, akan menderita kerugian 47 juta yen dalam
setahun kemudian, dan nilai tukar jatuh ke level rendah di 57.
Abenomics
Abenomics yang mengacu pada kerangka
kebijakan ekonomi yang belum pernah terjadi dan sangat ambisius dilakukan oleh
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Desember 2012, untuk merevitalisasi ekonomi
Jepang setelah selama dua dekade mengalami stagnasi. Abenomics memiliki tiga
unsur utama yaitu pelonggaran moneter, kebijakan fiskal yang fleksibel dan
reformasi struktural yang ditujukan untuk mengakhiri deflasi, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan membalikkan peningkatan jumlah utang.
Abenomics diluncurkan pada April 2013,
ketika Bank of Japan mengumumkan akan membeli obligasi pemerintah Jepang sebanyak
dua kali lipat ¥ 270 Triliun hingga akhir 2014. Tujuannya BOJ adalah untuk
mengalahkan deflasi dan target inflasi mencapai 2% pada tahun 2015.
Kebijakan kedua yaitu fiskal yang fleksibel
dengan melibatkan pengeluaran yang didanai oleh utang dengan tujuan pemotongan
defisit fiskal dalam setengah tahun fiskal 2015 dan mencapai surplus pada tahun
2020. Salah satu alat untuk mencapai tujuan ini adalah peningkatan pajak
penjualan Jepang menjadi 8% mulai April 2014, dari 5 % sebelumnya. Kebijakan ketiga
adalah reformasi struktural secara luas yang berpotensi memberikan manfaat
terbesar bagi ekonomi Jepang secara jangka panjang.
Kebijakan Abenomics terlihat ketika indeks
Nikkei melonjak 57% dengan keuntungan tahunan terbesar dalam 41 tahun, dan mata
uang Yen terdepresiasi sebesar 17,6% terhadap dolar AS. Namun, data ekonomi
dalam dua bulan pertama 2014 telah melempar beberapa keraguan pada keberlanjutan
efek positif dari Abenomics. Ekonomi Jepang tumbuh hanya 0,3% pada kuartal
keempat tahun 2013, yang diterjemahkan ke dalam tingkat pertumbuhan tahunan hanya
1%, jauh di bawah ekspektasi ekonom dengan pertumbuhan 2,8%. Jepang juga
melaporkan rekor defisit perdagangan sebanyak 2,79 triliun Yen pada bulan Januari
karena kenaikan impor sebanyak 25% yang melebihi kenaikan ekspor sebanyak 9,5%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar